Teori Refleksivitas
George Soros menawarkan sebuah paradigma baru yang disebut teori refleksivitas. Teori ini merupakan sebuah lingkaran atau hubungan timbal balik dua arah antara pandangan partisipan dan kondisi sebenarnya. Teori ini menggaris bawahi bahwa pengamat pasar adalah bagian dari pasar itu sendiri.
George Soros menawarkan sebuah paradigma baru yang disebut teori refleksivitas. Teori ini merupakan sebuah lingkaran atau hubungan timbal balik dua arah antara pandangan partisipan dan kondisi sebenarnya. Teori ini menggaris bawahi bahwa pengamat pasar adalah bagian dari pasar itu sendiri.
Ia bukanlah pengamat independen dari suatu sistem yang tertutup. Dengan demikian, hasil pengamatan dan tindakannya memengaruhi pasar itu sendiri. Demikian seterusnya sehingga hal ini bisa dianalogikan sebagai pemantulan/ refleksivitas. Dengan teori ini, Soros berasumsi adanya ruang ketidakpastian yang terkait dengan fallibility regulator dan partisipan pasar. Paradigma yang dipegang teguh selama ini hanya mengakui risiko yang diketahui dan tidak memedulikan defisiensi dan kesalahpandangannya sendiri. Paradigma itulah yang kemudian mengakibatkan krisis global terjadi, sebagai titik infeksi atau persimpangan, bukan hanya dalam gelembung perumahan tetapi juga dalam supergelembung jangka panjang.
Soros menyebut krisis ini adalah akhir dari sebuah era. Teori keseimbangan (equilibrium teory) dan fundamentalisme pasar tidak dapat menjelaskan kondisi saat ini. Para pedagang menghasilkan uang dengan mengikuti tren yang berlaku. Pasar bereaksi terhadap ekspektasi partisipan, dan persepsi itu memengaruhi harga, yang cenderung memvalidasi diri sendiri dalam sebuah proses yang memperkuat diri hingga beberapa peristiwa yang tidak terduga mendongkel ekspektasi.
Teori Refleksivitas didukung oleh fakta empiris mengenai berbagai fluktuasi dalam nilai tukar pasar yang sulit dijelaskan dengan fundamental- fundamental ataupun dengan berbagai konsep pasar efisien yang selama ini dipahami. Jika defisit neraca perdagangan meningkat menyebabkan nilai tukar mata uang melemah (dalam jangka panjang). Jika semua orang meyakini kebenaran teori ini, semua orang akan tahu,bahwa mata uang akan jatuh. Karena semua orang tahu mata uang itu, rasionalnya mereka akan buru-buru menjual mata uang itu. Akibat langsung dari penjualan serentak itu, maka akan menjatuhkan mata uang tersebut.
Refleksivitas dan Teori Ekonomi
Hipotesis pasar efisien mengklaim bahwa harga pasar sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang ada. Teori ekspektasi rasional yang terkait erat menyatakan bahwa, dalam ketiadaan kejutan eksternal, pasar keuangan cenderung bergerak menuju keseimbangan yang secara akurat merefleksikan ekspetasi para partisipan. Dalam pemahaman Soros, teori ekspektasi rasional menegaskan bahwa para partisipan pasar, dalam upaya mereka mengejar kepentingan pribadi, mendasari keputusan mereka pada asumsi bahwa partisipan lain akan berbuat sama. Pikiran ini terdengar masuk akal, namun sebenarnya tidak. Pasalnya, para partisipan tidak bertindak atas dasar kepentingan terbaik mereka melainkan atas persepsi mereka mengenai kepentingan terbaik mereka, dan keduanya tidaklah sama. Teori ekspektasi rasional menjelaskan bahwa pasar secara keseluruhan selalu memiliki pengetahuan lebih banyak daripada tiap partisipan (dengan kata lain pasar selalu benar). Soros berkeyakinan bahwa pasar keuangan selalu salah, dalam arti bahwa mereka beroperasi dengan bias yang berlaku; namun bias tersebut dapat memvalidasi diri sendiri dengan mempengaruhi bukan hanya harga pasar tapi juga apa yang disebut sebagai fundamental-fundamental yang seharusnya dicerminkan harga pasar.
Prinsip Ketidakpastian Manusia
Prinsip ketidakpastian manusia menyatakan bahwa pemahaman manusia mengenai dunia tempat mereka tinggal tidak berkorespondensi dengan fakta dan tidak lengkap serta tidak koheren pada saat bersamaan. Realitas bersifat sangat rumit. Hukum-hukum yang berlaku bagi fenomena alam beroperasi secara independen terlepas dari apa pun yang dipikirkan orang. Kriteria independen yang dapat digunakan untuk menilai validasi hipotesis ilmiah merupakan suatu keuntungan bagi metode ilmiah. Namun, bila sudah berkenaan dengan berbagai peristiwa yang memiliki partisipan manusia, pengetahuan ilmiah lebih sulit diperoleh, dan pemikiran memainkan peran yang lebih aktif dan kreatif, baik dalam memahami maupun membentuk peristiwa tersebut. Orang mendasari tindakan mereka bukan pada realitas melainkan pada pandangan mereka mengenai dunia, dan keduanya tidak identik.
Ilmu sosial tidak dapat memenuhi standar dan tuntutan ilmu alam. Oleh karena itu, teori-teori ilmu sosial yang mendasari klaim validitas mereka pada status ilmiah sebenarnya membuat pernyataan yang salah. Teori sosial harus mendasari klaim validitas mereka pada kelebihan mereka sendiri dan bukannya dengan ikut parade ilmu alam. Yang membuat refleksivitas menarik adalah bahwa bias yang berlaku memiliki cara, melalui harga pasar, untuk mempengaruhi apa yang disebut sebagai fundamental-fundamental yang seharusnya direfleksikan harga pasar. Refleksivitas menjadi cukup signifikan untuk mempengaruhi alur peristiwa hanya bila fundamental-fundamental itu terpengaruh. Istilah refleksivitas menggambarkan mekanisme umpan-balik dua arah antara fungsi kognitif dan partisipatif maupun proses boom-bust dalam pasar keuangan.
Peran pemikiran dalam pengetahuan alam bersifat benar-benar pasif dalam arti bahwa suatu pernyataan hanya dapat merefleksikan (atau gagal merefleksikan) fakta; pernyataan tidak dapat mempengaruhi fakta. Ilmu pengeahuan sosial memiliki para partisipan dengan pemikiran yang merefleksikan dan mempengaruhi situasi tempat mereka berpartisipasi. Pemikiran dan realitas tidak dapat diperlakukan sebagai kategori berbeda, karena mereka saling terkait secara refleksif.
Paradigma baru tidak dapat memperlakukan fakta seolah-olah fakta tersebut merepresentasikan realitas dan memperlakukan pernyataan seolah-olah pernyataan merepresentasikan pemikiran. Pemikiran membentuk bagian realitas dan bukannya terpisah dari realitas. Selama ini kita belajar membedakan antara fakta dan pernyataan, realitas dan ide. Kini kita dituntut untuk memandang realitas sebagai penggabungan ide dan fakta serta pernyataan.
Refleksivitas dalam Pasar Saham
Teori yang berkembang saat ini di pasar saham adalah bahwa hubungan antara harga saham dan perusahaan yang sahamnya diperdagangkan adalah bersifat satu arah. Kekayaan perusahaan menentukan nilai relatif saham yang diperdagangkan. Teori ini juga menyatakan bahwa ‘pasar selalu benar’. Jika ada perbedaan mencolok antara harga saham yang berlaku dengan nilai fundamental, perbedaaan itu ada hubungannya dengan perkembangan masa depan di perusahaan terkait yang belum diketahui namun diantisipasi dengan benar oleh pasar.
Dalam Teori Refleksivitas yang di tawarkan George Soros ada dua pernyataan tentang pasar saham:
- Pasar selalu bias ke satu arah atau lainnya.
- Pasar dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang diantisipasi pasar itu sendiri.
Teori ini menyatakan bahwa pasar memiliki banyak partisipan dengan pandangan yang pasti berbeda-beda. Banyak dari bias individual (yang tercermin dalam pembelian dan penjualan) tersebut yang saling menegaskan dan secara bersama-sama membentuk ‘bias yang berlaku’. Bias positif menghasilkan kenaikan harga saham dan bias negatif menghasilkan penurunan harga saham. Ada hubungan refleksif dimana harga saham ditentukan oleh dua faktor—tren latar dan bias yang berlaku. Hubungan ini bersifat interaktif dan tidak memiliki konstanta: apa yang seharusnya merupakan variabel mandiri dalam suatu fungsi menjadi variabel tergantung dalam fungsi yang lain. Dalam urutan tipikal, ketiga variabel saling memperkuat terlebih dahulu dalam gerak satu arah dan kemudian bergerak ke arah yang lain.
Generalisasi yang bisa disimpulkan adalah: (1) bahwa harga saham pasti memiliki suatu dampak terhadap fundamental, dan (2) bahwa terdapat cacat dalam persepsi partisipan mengenai fundamental yang dapat memicu pembalikan dalam bias yang berlaku.
Refleksivitas Dalam Pasar Mata Uang
Pandangan tradisional mengenai pasar mata uang adalah bahwa pasar tersebut cenderung menuju keseimbangan. Namun, fakta menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat inflasi dalam negeri dan nilai tukar internasional tidaklah bersifat satu arah melainkan bersifat lingkaran. Pergerakan modal internasional cenderung mengikuti sebuah pola memperkuat diri/koreksi diri yang serupa dengan pola yang telah diidentifikasi dalam pasar saham. Perbedaannya, dalam pasar mata uang, kita membutuhkan lebih dari dua variabel, diantaranya: nilai tukar nominal (e), tingkat suku bunga nominal (i), tingkat harga dalam negeri versus harga asing, tingkat aktivitas ekonomi (v), aliran modal non-spekulatif (N), aliran modal spekulatif (S), neraca perdagangan (T), dan anggaran pemerintah (B). Hubungan-hubungan antar variabel tersebut bersifat sirkuler; artinya, variabel-variabel dapat berfungsi sebagai sebab maupun akibat dalam kaitannya dengan variabel lain. Selain itu, hubungan variabel-variabel tersebut tidak perlu konsisten secara internal; inkonsistensi-inkonsistensi itulah yang membuat seluruh situasi bergerak dalam suatu arah tertentu. Berikut adalah model paling sederhana mengenai sebuah sistem nilai tukar mengambang bebas:
(↓T + ↑N + ↑S) à↓e
Bias yang dilakukan oleh partisipan terwujud hanya dalam transaksi modal spekulatif (S), sementara perdagangan (T) dan aliran modal non-spekulatif (N) merepresentasikan ‘fundamental’ (tidak tergantung ekspektasi). Modal spekulatif bergerak dalam upaya mencari total imbal hasil tertinggi. S dipengaruhi oleh nilai tukar (e) dan suku bunga (i).
↑ (e + i) à↓S
Ekspektasi mengenai nilai tukar di masa depan merepresentasikan motivasi utama dalam transaksi modal spekulatif. Sejauh nilai tukar didominasi oleh S, mereka murni refleksif: ekspektasi berhubungan dengan ekspektasi dan bias yang berlaku dapat memvalidasi diri hampir secara tidak terbatas. Proses reflektif cenderung mengikuti sebuah pola tertentu. Dalam tahap-tahap awal, tren tersebut bersifat memperkuat diri; jika tidak, proses tersebut batal. Saat tren meluas, tren tersebut semakin rentan karena fundamental bergerak melawan tren (dan tren tersebut semakin bergantung pada bias yang berlaku). Pada akhirnya, titik balik tercapai dan, dalam sebuah urutan lengkap, proses memperkuat diri mulai beroperasi dalam arah berlawanan.
Walau tiap lingkaran yang memperkuat diri bersifat unik, kita dapat membuat beberapa generalisasi yang valid secara universal mengenai nilai tukar fluktuatif bebas. Pertama, nilai penting relatif transaksi spekulatif cenderung meningkat selama usia sebuah tren yang memperkuat diri. Kedua, bias yang berlaku adalah bias yang mengikuti tren, dan semakin lama tren itu bertahan, semakin kuat bias itu jadinya. Ketiga, begitu sebuah tren terbangun, tren itu cenderung berlanjut dan bergulir hingga titik klimaks, tren itu cenderung memicu sebuah proses yang memperkuat diri dengan arah berlawanan.
Kredit diasosiasikan dengan dengan jenis pola refleksif tertentu yang dikenal sebagai boom-bust. Kredit bergantung pada ekspektasi; ekspektasi melibatkan bias; oleh karenanya kredit merupakan salah satu tempat utama yang memungkinkan bias memainkan peran sebab-akibat dalam alur peristiwa. Pola ini asimetris: boom tercipta dan berakselerasi secara bertahap; bust bersifat tiba-tiba dan seringkali mencapai level bencana. Bentuk asimetris ini muncul akibat hubungan refleksif antara agunan dan pinjaman. Valuasi dari agunan seharusnya merupakan hubungan pasif: nilai aset mencerminkan aset latar. Namun dalam kasus kredit, valuasi melibatkan tindakan positif: kredit dikucurkan. Tindakan memberi pinjaman mungkin mempengaruhi nilai agunan: yaitu hubungan yang menimbulkan proses reflektif.
Boom-bust tidaklah simetris karena, di awal sebuah boom, baik volume kredit maupun nilai agunan berada pada titik minimum; pada saat terjadi bust, keduanya berada pada titik maksimum. Boom-bust merupakan sebuah varian spesifik dari refleksivitas. Boom dapat terjadi kapan pun terdapat sebuah hubungan dua arah antara nilai dan tindakan valuasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar