Sabtu, 13 Agustus 2011

Chapter I, page 6 ( Teori Reflektivitas )


Teori Refleksivitas         
George Soros menawarkan sebuah paradigma baru yang disebut teori refleksivitas. Teori ini merupakan sebuah lingkaran atau hubungan timbal balik dua arah antara pandangan partisipan dan kondisi sebenarnya. Teori ini menggaris bawahi bahwa pengamat pasar adalah bagian dari pasar itu sendiri.        

Ia bukanlah pengamat independen dari suatu sistem yang tertutup. Dengan demikian, hasil pengamatan dan tindakannya memengaruhi pasar itu sendiri. Demikian seterusnya sehingga hal ini bisa dianalogikan sebagai pemantulan/ refleksivitas. Dengan teori ini, Soros berasumsi adanya ruang ketidakpastian yang terkait dengan fallibility regulator dan partisipan pasar. Paradigma yang dipegang teguh selama ini hanya mengakui risiko yang diketahui dan tidak memedulikan defisiensi dan kesalahpandangannya sendiri. Paradigma itulah yang kemudian mengakibatkan krisis global terjadi, sebagai titik infeksi atau persimpangan, bukan hanya dalam gelembung perumahan tetapi juga dalam supergelembung jangka panjang.        


Soros menyebut krisis ini adalah akhir dari sebuah era. Teori keseimbangan (equilibrium teory) dan fundamentalisme pasar tidak dapat menjelaskan kondisi saat ini. Para pedagang menghasilkan uang dengan mengikuti tren yang berlaku. Pasar bereaksi terhadap ekspektasi partisipan, dan persepsi itu memengaruhi harga, yang cenderung memvalidasi diri sendiri dalam sebuah proses yang memperkuat diri hingga beberapa peristiwa yang tidak terduga mendongkel ekspektasi.          

Teori Refleksivitas didukung oleh fakta empiris mengenai berbagai fluktuasi dalam nilai tukar pasar yang sulit dijelaskan dengan fundamental- fundamental ataupun dengan berbagai konsep pasar efisien yang selama ini dipahami. Jika defisit neraca perdagangan meningkat menyebabkan nilai tukar mata uang melemah (dalam jangka panjang). Jika semua orang meyakini kebenaran teori ini, semua orang akan tahu,bahwa mata uang akan jatuh. Karena semua orang tahu mata uang itu, rasionalnya mereka akan buru-buru menjual mata uang itu. Akibat langsung dari penjualan serentak itu, maka akan menjatuhkan mata uang tersebut.    
Refleksivitas dan Teori Ekonomi
Hipotesis pasar efisien mengklaim bahwa harga pasar sepenuhnya mencerminkan semua informasi yang ada. Teori ekspektasi rasional yang terkait erat menyatakan bahwa, dalam ketiadaan kejutan eksternal, pasar keuangan cenderung bergerak menuju keseimbangan yang secara akurat merefleksikan ekspetasi para partisipan. Dalam pemahaman Soros, teori ekspektasi rasional menegaskan bahwa para partisipan pasar, dalam upaya mereka mengejar kepentingan pribadi, mendasari keputusan mereka pada asumsi bahwa partisipan lain akan berbuat sama. Pikiran ini terdengar masuk akal, namun sebenarnya tidak. Pasalnya, para partisipan tidak bertindak atas dasar kepentingan terbaik mereka melainkan atas persepsi mereka mengenai kepentingan terbaik mereka, dan keduanya tidaklah sama. Teori ekspektasi rasional menjelaskan bahwa pasar secara keseluruhan selalu memiliki pengetahuan lebih banyak daripada tiap partisipan (dengan kata lain pasar selalu benar). Soros berkeyakinan bahwa pasar keuangan selalu salah, dalam arti bahwa mereka beroperasi dengan bias yang berlaku; namun bias tersebut dapat memvalidasi diri sendiri dengan mempengaruhi bukan hanya harga pasar tapi juga apa yang disebut sebagai fundamental-fundamental yang seharusnya dicerminkan harga pasar.
Prinsip Ketidakpastian Manusia
Prinsip ketidakpastian manusia menyatakan bahwa pemahaman manusia mengenai dunia tempat mereka tinggal tidak berkorespondensi dengan fakta dan tidak lengkap serta tidak koheren pada saat bersamaan. Realitas bersifat sangat rumit. Hukum-hukum yang berlaku bagi fenomena alam beroperasi secara independen terlepas dari apa pun yang dipikirkan orang. Kriteria independen yang dapat digunakan untuk menilai validasi hipotesis ilmiah merupakan suatu keuntungan bagi metode ilmiah. Namun, bila sudah berkenaan dengan berbagai peristiwa yang memiliki partisipan manusia, pengetahuan ilmiah lebih sulit diperoleh, dan pemikiran memainkan peran yang lebih aktif dan kreatif, baik dalam memahami maupun membentuk peristiwa tersebut. Orang mendasari tindakan mereka bukan pada realitas melainkan pada pandangan mereka mengenai dunia, dan keduanya tidak identik.
Ilmu sosial tidak dapat memenuhi standar dan tuntutan ilmu alam. Oleh karena itu, teori-teori ilmu sosial yang mendasari klaim validitas mereka pada status ilmiah sebenarnya membuat pernyataan yang salah. Teori sosial harus mendasari klaim validitas mereka pada kelebihan mereka sendiri dan bukannya dengan ikut parade ilmu alam. Yang membuat refleksivitas menarik adalah bahwa bias yang berlaku memiliki cara, melalui harga pasar, untuk mempengaruhi apa yang disebut sebagai fundamental-fundamental yang seharusnya direfleksikan harga pasar. Refleksivitas menjadi cukup signifikan untuk mempengaruhi alur peristiwa hanya bila fundamental-fundamental itu terpengaruh. Istilah refleksivitas menggambarkan mekanisme umpan-balik dua arah antara fungsi kognitif dan partisipatif maupun proses boom-bust dalam pasar keuangan.
Peran pemikiran dalam pengetahuan alam bersifat benar-benar pasif dalam arti bahwa suatu pernyataan hanya dapat merefleksikan (atau gagal merefleksikan) fakta; pernyataan tidak dapat mempengaruhi fakta. Ilmu pengeahuan sosial memiliki para partisipan dengan pemikiran yang merefleksikan dan mempengaruhi situasi tempat mereka berpartisipasi. Pemikiran dan realitas tidak dapat diperlakukan sebagai kategori berbeda, karena mereka saling terkait secara refleksif.
Paradigma baru tidak dapat memperlakukan fakta seolah-olah fakta tersebut merepresentasikan realitas dan memperlakukan pernyataan seolah-olah pernyataan merepresentasikan pemikiran. Pemikiran membentuk bagian realitas dan bukannya terpisah dari realitas. Selama ini kita belajar membedakan antara fakta dan pernyataan, realitas dan ide. Kini kita dituntut untuk memandang realitas sebagai penggabungan ide dan fakta serta pernyataan.
Refleksivitas dalam Pasar Saham
Teori yang berkembang saat ini di pasar saham adalah bahwa hubungan antara harga saham dan perusahaan yang sahamnya diperdagangkan adalah bersifat satu arah. Kekayaan perusahaan menentukan nilai relatif saham yang diperdagangkan. Teori ini juga menyatakan bahwa ‘pasar selalu benar’. Jika ada perbedaan mencolok antara harga saham yang berlaku dengan nilai fundamental, perbedaaan itu ada hubungannya dengan perkembangan masa depan di perusahaan terkait yang belum diketahui namun diantisipasi dengan benar oleh pasar.
Dalam Teori Refleksivitas yang di tawarkan George Soros ada dua pernyataan tentang pasar saham:
  1. Pasar selalu bias ke satu arah atau lainnya.
  2. Pasar dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang diantisipasi pasar itu sendiri.
Teori ini menyatakan bahwa pasar memiliki banyak partisipan dengan pandangan yang pasti berbeda-beda. Banyak dari bias individual (yang tercermin dalam pembelian dan penjualan) tersebut yang saling menegaskan dan secara bersama-sama membentuk ‘bias yang berlaku’. Bias positif menghasilkan kenaikan harga saham dan bias negatif menghasilkan penurunan harga saham. Ada hubungan refleksif dimana harga saham ditentukan oleh dua faktor—tren latar dan bias yang berlaku. Hubungan ini bersifat interaktif dan tidak memiliki konstanta: apa yang seharusnya merupakan variabel mandiri dalam suatu fungsi menjadi variabel tergantung dalam fungsi yang lain. Dalam urutan tipikal, ketiga variabel saling memperkuat terlebih dahulu dalam gerak satu arah dan kemudian bergerak ke arah yang lain.
Generalisasi yang bisa disimpulkan adalah: (1) bahwa harga saham pasti memiliki suatu dampak terhadap fundamental, dan (2) bahwa terdapat cacat dalam persepsi partisipan mengenai fundamental yang dapat memicu pembalikan dalam bias yang berlaku.
Refleksivitas Dalam Pasar Mata Uang
Pandangan tradisional mengenai pasar mata uang adalah bahwa pasar tersebut cenderung menuju keseimbangan. Namun, fakta menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat inflasi dalam negeri dan nilai tukar internasional tidaklah bersifat satu arah melainkan bersifat lingkaran. Pergerakan modal internasional cenderung mengikuti sebuah pola memperkuat diri/koreksi diri yang serupa dengan pola yang telah diidentifikasi dalam pasar saham. Perbedaannya, dalam pasar mata uang, kita membutuhkan lebih dari dua variabel, diantaranya: nilai tukar nominal (e), tingkat suku bunga nominal (i), tingkat harga dalam negeri versus harga asing, tingkat aktivitas ekonomi (v), aliran modal non-spekulatif (N), aliran modal spekulatif (S), neraca perdagangan (T), dan anggaran pemerintah (B). Hubungan-hubungan antar variabel tersebut bersifat sirkuler; artinya, variabel-variabel dapat berfungsi sebagai sebab maupun akibat dalam kaitannya dengan variabel lain. Selain itu, hubungan variabel-variabel tersebut tidak perlu konsisten secara internal; inkonsistensi-inkonsistensi itulah yang membuat seluruh situasi bergerak dalam suatu arah tertentu. Berikut adalah model paling sederhana mengenai sebuah sistem nilai tukar mengambang bebas:
(↓T + ↑N + ↑S) à↓e
Bias yang dilakukan oleh partisipan terwujud hanya dalam transaksi modal spekulatif (S), sementara perdagangan (T) dan aliran modal non-spekulatif (N) merepresentasikan ‘fundamental’ (tidak tergantung ekspektasi). Modal spekulatif bergerak dalam upaya mencari total imbal hasil tertinggi. S dipengaruhi oleh nilai tukar (e) dan suku bunga (i).
↑ (e + i) à↓S
Ekspektasi mengenai nilai tukar di masa depan merepresentasikan motivasi utama dalam transaksi modal spekulatif. Sejauh nilai tukar didominasi oleh S, mereka murni refleksif: ekspektasi berhubungan dengan ekspektasi dan bias yang berlaku dapat memvalidasi diri hampir secara tidak terbatas. Proses reflektif cenderung mengikuti sebuah pola tertentu. Dalam tahap-tahap awal, tren tersebut bersifat memperkuat diri; jika tidak, proses tersebut batal. Saat tren meluas, tren tersebut semakin rentan karena fundamental bergerak melawan tren (dan tren tersebut semakin bergantung pada bias yang berlaku). Pada akhirnya, titik balik tercapai dan, dalam sebuah urutan lengkap, proses memperkuat diri mulai beroperasi dalam arah berlawanan.
Walau tiap lingkaran yang memperkuat diri bersifat unik, kita dapat membuat beberapa generalisasi yang valid secara universal mengenai nilai tukar fluktuatif bebas. Pertama, nilai penting relatif transaksi spekulatif cenderung meningkat selama usia sebuah tren yang memperkuat diri. Kedua, bias yang berlaku adalah bias yang mengikuti tren, dan semakin lama tren itu bertahan, semakin kuat bias itu jadinya. Ketiga, begitu sebuah tren terbangun, tren itu cenderung berlanjut dan bergulir hingga titik klimaks, tren itu cenderung memicu sebuah proses yang memperkuat diri dengan arah berlawanan.
Kredit diasosiasikan dengan dengan jenis pola refleksif tertentu yang dikenal sebagai boom-bust. Kredit bergantung pada ekspektasi; ekspektasi melibatkan bias; oleh karenanya kredit merupakan salah satu tempat utama yang memungkinkan bias memainkan peran sebab-akibat dalam alur peristiwa. Pola ini asimetris: boom tercipta dan berakselerasi secara bertahap; bust bersifat tiba-tiba dan seringkali mencapai level bencana. Bentuk asimetris ini muncul akibat hubungan refleksif antara agunan dan pinjaman. Valuasi dari agunan seharusnya merupakan hubungan pasif: nilai aset mencerminkan aset latar. Namun dalam kasus kredit, valuasi melibatkan tindakan positif: kredit dikucurkan. Tindakan memberi pinjaman mungkin mempengaruhi nilai agunan: yaitu hubungan yang menimbulkan proses reflektif.
Boom-bust tidaklah simetris karena, di awal sebuah boom, baik volume kredit maupun nilai agunan berada pada titik minimum; pada saat terjadi bust, keduanya berada pada titik maksimum. Boom-bust merupakan sebuah varian spesifik dari refleksivitas. Boom dapat terjadi kapan pun terdapat sebuah hubungan dua arah antara nilai dan tindakan valuasi.

Chapter I, page 5 ( back to College - Mass Media Paper )

Latar Belakang Masalah
Dalam proses kedewasaannya di Indonesia, pers atau media massa lahir melalui beberapa tahap perkembangan. Sebelum berkembang menjadi aktor yang mendukung proses demokrasi di Indonesia pada masa pemerintahan yang sedang berjalan sekarang pers mengalami banyak pengalaman, masalah serta hal-hal yang membendungnya akan kebebasan sebagai media massa.
Pers merupakan media komunikas antar aktor dalam pembangunan demokrasi dan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai penyampaian informasi yang konkrit dari pemerintah kepada masyarakat maupun dari masyarakat ke pemerintah secara dua arah. Dengan adanya komunikasi dua arah ini sangat diharapkan proses penyaluran pengetahuan, pengertian, persamaan persepsi dan partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi dapat terlaksana. Pers sebagai lembaga sosial merupakan wadah bagi proses imput dalam sistem politik. Pers sangat diharapkan untuk bersifat terbuka agar kritik dan saran yang ditujukan ke sasaran manapun dapat berjalan secara baik dan benar dan pastinya berkaitan dengan proses input.
Agar pers dapat menjalankan peranannya, terutama dalam menunjang proses demokratisasi maka diperlukan adanya kebebasan pers dalam menjalankan tugas serta fungsinya secara professional. Maka dari itu tidak dibenarkan apabila pers dikendalikan oleh Negara karena akan menimbulkan terhambatnya cara untuk memberitakan penyalahgunaan wewenang dan korupsi yang dilakukan oleh pejabat Negara serta berbagai masalah lainnya yang berkaitan dengan aktor-aktor pemerintahan.      
Bagi pemerintahan Diktator seperti pada zaman Orde Baru Soeharto, kebenaran merupakan hal yang mutlak berbahaya, karena kebenaran dapat membuka fakta bahwa adanya manipulasi dan tindakan-tindakan kotor lainnya dalam pemerintahan. Foto-foto jurnalisme serta data dokumenter yang kemudian disusun menjadi sebuah berita memiliki daya yang sangat kuat. Misi pers dalam menjadi demokratis dan memberikan kebenaran akan sebuah fakta akan sangat sulit untuk dilaksanakan apabila adanya keterkekangan yang diberikan oleh pemerintah dan batasan-batasan di luar hal umum yang menyelubungi pers.
Banyak pers yang khawatir bahwa keberadaannya akan terancam di saat mereka tidak mengikuti sistem yang berlaku. Oleh karena itu guna mempertahankan keberadaannya, pers tidak jarang memilih jalan tengah. Cara inilah yang sering mendorong pers itu terpaksa harus bersikap mendua terhadap suatu masalah yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam kaitan ini pulalah banyak pers di negara berkembang yang pada umumnya termasuk di Indonesia lebih suka mengutamakan konsep stabilitas politik nasional sebagai acuan untuk kelangsungan hidup pers itu sendiri
Rezim Orde Baru membawa suatu kondisi dimana Pemerintahan memprioritaskan trilogy pembangunannya yakni stabilitas, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan sebagai kata kunci yang saling berkait erat serta sebagai bagian doktrin Negara. Karena pembaruan dititik beratkan pada pembangunan nasional, maka sektor demokrasi akhirnya terlantarkan. Hal ini mungkin terpaksa dilakukan oleh karena sepeninggalan orde lama tidak satupun kekuatan non negara yang bisa dijadikan acuan dan preferensi, serta seluruh yang tersisa mengidap kerentanan fungsi termasuk yang melanda pers nasional. Deskripsi-deskripsi yang sering kali ditulis oleh para pemerhati pers menyatakan bahwa kehidupan pers diawal-awal orde baru adalah sarat dengan muatan berbagai kepentingan, ketiadaan pers yang bebas, kehidupan pers yang ditekan dari segala penjuru untuk dikuasai negara, wartawan bisa dibeli serta pers yang bisa dibredel sewaktu-waktu.
Meskipun pers bukanlah pelopor gerakan revolusi itu, sulit dibayangkan bahwa gerakan revolusi yang dipelopori mahasiswa itu akan terus bergulir tanpa pemberitaan dan dukungan gencar media di Indonesia seperti pers. Kekuasaan presiden Soeharto yang mendekati absolut menyebabkan faktor pemersatu diluar pemerintah bahkan menjadi semakin besar. Kondisi ini dipicu semakin keras oleh peranan pers yang menyiarkan pemberitaan yang semakin kritis terhadap pemerintah maupun penyajian opini publik mengenai kesalahan serta kelemahan kebijakan publik.




RUMUSAN MASALAH
Pertumbuhan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan yang semakin pesat mendorong meningkatnya kebutuhan akan informasi yang secara tidak langsung mendorong peningkatan pertumbuhan media massa. Informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya terbatas pada hal bisnis dan ekonomi bahkan lebih jauh kebutuhan informasi tentang kebijakan pemerintah dan informasi tentang perkembangan politik yang terjadi serta tentang perilaku aparat pemerintahan.
Kebutuhan masyarakat akan informasi tentang kebijakan pemerintah dan situasi politik serta tentang perilaku pemerintah tersebut secara tidak langsung akan menjadi kontrol politik bagi pemerintah, yang pada akhirnya akan menunjang proses demokratisasi. Upaya penyajian informasi yang dilakukan oleh pihak pers tidak pernah lepas dari hambatan ataupun kendala mengingat sebuah fakta dan berita tentang kebobrokan pemerintah merupakan suatu bumerang yang berbahaya bagi rezim pemerintahan yang berkuasa dan dapat menggerogoti kekuasaan rezim.
Pers dalam rangka komunikasi politik dikaitkan dengan kebebasan pers, independensi pers terhadap kontrol yang berasal dari luar dan integrasi pers pada misi yang diembannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan pers ketika rezim Orde Baru :
·      Tempat hidup dan berkembangnya media tersebut. Karena dalam masyarakat peranan itu bukan hanya abstrak tetapi harus nyata.
·      Komitmen pada kepentingan bersama yang harus sanggup mengatasi komitmen akan kepentingan dan pertimbangan kelompok bukan dalam suatu hubungan yang bertentangan.
·      Visi dan Kebijakan Editorial, yang akan membedakan media cetak yang satu dengan media cetak yang lain dan juga menjadi pedoman serta kriteria dalam proses seleksi kejadian-kejadian dan permasalahan untuk diliput dan dijadikan pemberitaan. (Jacob Oetama, 2001 : 433).


Tak ada demokrasi tanpa kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling mendasar dalam kehidupan bernegara. Sesuai Prinsip Hukum dan Demokrasi, bahwa perlindungan hukum dan kepastian hukum dalam menegakkan hukum perlu ada keterbukaan dan pelibatan peran serta masyarakat. Untuk itu, kebebasan pers, hak wartawan dalam menjalankan fungsi mencari dan menyebarkan informasi harus dipenuhi, dihormati, dan dilindungi. Hal ini sesuai dengan UUD 45 Pasal 28 tentang kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat.

Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers, setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru terbelenggu. Tumbuhnya pers pada masa reformasi merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat. Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Dalam kerangka ini, pers telah memainkan peran sentral dengan memasok dan menyebarluaskan informasi yang diperluaskan untuk penentuan sikap, dan memfasilitasi pembentukan opini publik dalam rangka mencapai konsensus bersama atau mengontrol kekuasaan penyelenggara negara.
Peran inilah yang selama ini telah dimainkan dengan baik oleh pers Indonesia. Setidaknya, antusias responden terhadap peran pers dalam mendorong pembentukan opini publik yang berkaitan dengan persoalan-persoalan bangsa selama ini mencerminkan keberhasilan tersebut.

Setelah reformasi bergulir tahun 1998, pers Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru cetak dan elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Keberanian pers dalam mengkritik penguasa juga menjadi ciri baru pers Indonesia.
Pembicaraan tentang pers, biasanya terkait dengan tugas jurnalis, pemburu berita atau wartawan. Dunia pers nasional juga bertumbuh semakin meluas sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi (iptek) dan dukungan sumber daya jurnalis yang semakin berkompeten. Pertumbuhan teknologi informasi saat ini sangat mempengaruhi, bagaimana peranan utama pers nasional dengan dukungan berbagai sumber daya material yang telah memadai. Sehingga peranan pers nasional pada era reformasi, semakin terbuka lebar dalam menyebarkan informasi dan edukasi kepada masyarakat.
1. PERS SEBAGAI AJANG PEMBELAJARAN KELOMPOK MASSA
·         Pers nasional bisa menjadi ajang edukasi (pembelajaran), bagi segenap masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Insan pers nasional berperanan besar memberikan pendidikan etika atau moral, dengan menyuguhkan berita, informasi, atau hiburan yang bersifat mendidik dan mengasah kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual seluruh komponen masyarakat.
2. PERS  SELAKU MEDIA KOREKSI KEBIJAKAN PUBLIK
·         Sebagai bagian dari media massa, baik cetak ataupun elektronika, pers nasional mempunyai posisi strategis dalam melakukan koreksi terhadap kebijakan publik yang telah dicanangkan agar berlangsung secara efektif dan efisien. Sikap profesional insan pers nasional juga diperlukan untuk mendukung kebijakan yang telah diprogramkan dengan baik bagi kepentingan publik.
3. PERS MENJADI WAHANA KONTROL PROBLEMA SOSIAL
·         Sikap independensi pers nasional mendapat ujian berat ketika harus menayangkan berbagai problema sosial yang muncul ditengah masyarakat yang majemuk. Melalui komitmen kerja yang konsisten, setiap insan pers dapat berperanan dalam memberikan kontrol sosial yang berimbang dan obyektif, menurut penyampaian sudut pandang yang holistik dan terpadu.
Dengan beberapa hal di atas menujukkan bahwa Pers sudah mengalami perkembangan yang signifikan dan telah menjadi suatu aspek yang sangat penting bagi berjalannya demokrasi, serta penghubung komunikasi antara penguasa dengan masyarakat, juga sebagai penghubung input kepentingan kepada pemerintah.









Chapter I, page 4

sekedar bercerita... atau bahkan merenung sepertinya tidak masalah,, apalagi jika dilanjutkan melalui tulisan..


hidup berpindah setelah menempati tempat yang sudah lama kita tinggali dan telah membuat hidup kita mapan ternyata memang tidak gampang..
sudah 17 tahun aku hidup dan menjalani pahitnya tanah, polusinya udara serta, asamnya sungai di banjarmasin, tempat dimana aku dilahirkan..

dan akhirnya kurang lebih dua tahun yang lalu keluarga ku memutuskan untuk pindah ke daerah dimana aku menempuh perkuliahan "Yogyakarta"..
sebelum memutuskan untuk pindah bisa dibilang kondisi keluarga ku sedang dalam kondisi dimana uang adalah hal yang sudah dapat diatasi dan sepertinya semua rencana akan hidup baru di jogja akan menyenangkan,,

tetapi rencana hanyalah rancangan akan suatu gagasan yang keberhasilannya 100% ditangan Tuhan..



TO BE CONTINUED>>>

Kamis, 28 Juli 2011

Chapter I, page 3

nothing to hide.. nothing to speak.. nothing worth to think about..

lost my previous heroine... goodbye my 4 years love mate..

Chapter I, page 2

roda kehidupan memang sudah nampak berjalan di kehidupan ku sekarang...

limitless adalah sesuatu yang diharapkan atas kegagalan memenuhi kepribadian kedua yang muncul dalam imajinasi karya otak kiri..
khayalan layaknya kenyataan...
kenyataan hanyalah tugas yang mesti di stampel dalam buku absen kehidupan dan dijalani dengan terus menerus tanpa memandang rasa lelah akan buruknya sikap dan mental dalam menjalani cobaan dari Yang Maha Kuasa..

perubahan yang sangat signifikan pada rasa senang menstampel buku kehidupan pada setiap harinya yang berarti keberhasilan dalam bersikap dan bermental baja dalam menjalani cobaan-Nya
berubah menjadi rasa berat dan penuh beban yang timbul dari berbagai kesalahan yang datang akibat kurang terkoordinasinya kemauan otak dengan kemauan hati yang kadang busuk dan pasti terpenuhi,

teman tetap menjadi teman hanya musuh semakin tidak terlihat seperti musuh melainkan halnya seperti sahabat yang berangkat dari eratnya tali pertemanan.. sehingga sulit membedakan apakah kita kah yang berteman dengan musuh atau musuhkah yang menjadikan kita sahabatnya sehingga menjadikan kita bertindak iri, dengki, tidak berempati dan bahkan kurang bertenggang rasa..

Chapter I, First page

let's get started.
Welcome to my planet...
this planet consist of thousands even billion of my brain cells who move simultaneously from the top of my head till the dirtiest shit on my feet...

try not be the best person on earth who could write by it's amazing creative left brain
but proud and maximizing my precious right brain who always see a thing from environmental, socials, feelings, empathy, and another thing that even einstein would left behind.

enough with the abstract..